Minggu, 01 Januari 2012

Langkah


Hujan tiba-tiba turun dan langkahku pun terhenti. Aku berada di pelataran sebuah kuil yang kisahnya berlatar belakang alkulturasi romantis berakhir sedih, seperti jamaknya kisah cinta yang tidak biasa. Aku benar-benar berhenti, diam pada satu titik, membiarkan air hujan menelusuri kepala dan wajahku. Lalu aku menengadah tanpa memejamkan mata,  melawan hujan, melihat curahan air yang meluncur tanpa ampun. Aku lupa kapan terakhir kali aku melawan dengan tindakan, biasanya aku melawan dengan diam. Kudengar dia berteriak memanggil  dari dalam kuil, "Jangan berhenti di situ, kembalilah, berteduh dulu, jangan melawan hujan!".  Aku menoleh ke arahnya tanpa beranjak, memandangnya tanpa kata. Dia berteriak lebih keras lagi mencoba menyaingi suara hujan, "Kamu kenapa? Tidak biasanya kamu bertindak bodoh seperti ini. Ayolah, kembali ke dirimu lagi". Hatiku tahu, aku yang di sini belum pernah bertemu diriku. Cukup lama aku memandangnya sebelum kuputuskan untuk menengadah lagi, kali ini aku memandang hujan dengan buram, air mataku bersatu dengan air hujan. Sepi, dia tidak bersuara lagi, yang ramai hanya  hujan. Mataku pedih, tubuhku dingin, hatiku ragu untuk tetap bertahan.

Tiba-tiba hujan menghilang, aku tidak melihat hujan lagi, ternyata tanpa bersuara dia telah memayungiku. "Kembali!," pelan dia berkata. Aku menatapnya, entah mengapa aku merasa bahwa ini terakhir kali aku memandangnya secara sama. Gemetar aku berkata, "Tidak, aku tidak bisa kembali, hujan telah menempaku untuk terus berjalan menuju sungai, tidak diam dan berteduh di sini". Seiring hujan mulai rintik,  aku pun melepaskan pandanganku, berlahan melangkah menjauh tanpa kata. Sejak langkah pertama aku sudah tahu, dia tidak akan mengejarku, dia hanya akan mencegahku sebatas dia yakin bisa melepaskanku. Banyak jiwa yang bergantung padanya, banyak rasa yang membutuhkan payungnya, bukan hanya aku. Bebannya pun akan berkurang  jika aku tidak kembali. Kupercepat langkah semampuku, di depanku terpapar  bantaran sungai berarus deras. Kulihat sebuah perahu kecil biru yang sedang berusaha untuk tetap tertambat. Aku melangkah menuju kearahnya, kali ini hanya aku.

Satu Januari, 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar