Senja itu, Ia duduk di tepi jalanan yang sepi, membiarkan
rambutnya berantakan tertiup angin, sementara matanya terus memandang langit
yang jingga. Langit senja itu begitu cerah, garis horison terlihat jelas
membatasi langit dan bumi. Garis yang tak nyata tapi memiliki nama dan terlihat
ada. Ia berlahan mengalihkan pandangan dari langit dan mulai memandangi sekeliling
tubuhnya, Ia merasa terdapat garis batas yang melingkupi dirinya. Ia berguman, “tidak
semua orang bisa memasuki garis batas diri ini, pun tidak mudah bagiku untuk
melangkah ke luar dari garis ini”. Ia berusaha mengingat kapan Ia berhasil
keluar dari batas diri, namun tidak satu kenangan pun yang terlintas. Kemudian
Ia mencoba mengingat kapan Ia membiarkan seseorang melintas masuk ke dalam
garis itu, seingatnya hanya sekali, itu pun cepat-cepat didorongnya untuk
pergi. Wilayah sempit yang ada di dalam garis batas ini adalah miliknya, diri
akan jadi hilang ketika orang lain juga berusaha menempatinya. Garis itu
melindungi dari rasa sakit hati yang berlebihan karena tidak seorang pun bisa
memasuki wilayah inti hati. Ia merasa aman di dalam garis batas.
Namun garis itu juga membatasinya. Ia tidak pernah berani
untuk benar-benar ke luar dari batas yang Ia ciptakan sendiri. Tanpa ragu Ia akan
mengeluarkan orang dari kehidupannya ketika orang itu sudah melewati batas yang
ditentukan, dan Ia juga akan dengan
cepat menarik dirinya ketika mulai berkeinginan untuk membebaskan diri dari
batas. Sering Ia sudah berdiri di perbatasan garis dan bersiap melompat ke luar
membebaskan diri, berlari bebas, berteriak keras, dan merasa hidup, namun Ia
kembali meragu untuk kemudian melangkah masuk. Pernah sekali dalam hidupnya Ia
membiarkan seseorang masuk, namun sungguh tidak nyaman, tidak percaya, dan
tidak ingin membiarkan dirinya rentan. Mungkin Ia membiarkan masuk orang yang
salah, namun Ia sudah tidak pedul lagi. Satu-satunya kemungkinan adalah Ia
hanya akan menempai ruang di dalam garis itu sendiri, tidak ada lagi yang bisa
menyakitinya, meski sepi. Jingga di langit sudah mulai temaram, Ia berdiri, dan
mulai berjalan menyusuri malam. Tangannya memeluk dirinya sendiri.
Januari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar