Hujan tiba-tiba turun dan langkahku pun terhenti. Aku berada
di pelataran sebuah kuil yang kisahnya berlatar belakang alkulturasi romantis
berakhir sedih, seperti jamaknya kisah cinta yang tidak biasa. Aku benar-benar berhenti,
diam pada satu titik, membiarkan air hujan menelusuri kepala dan wajahku. Lalu
aku menengadah tanpa memejamkan mata,
melawan hujan, melihat curahan air yang meluncur tanpa ampun. Aku lupa
kapan terakhir kali aku melawan dengan tindakan, biasanya aku melawan dengan
diam. Kudengar dia berteriak memanggil dari dalam
kuil, "Jangan berhenti di situ, kembalilah, berteduh dulu, jangan melawan
hujan!". Aku menoleh ke arahnya tanpa
beranjak, memandangnya tanpa kata. Dia berteriak lebih keras lagi mencoba
menyaingi suara hujan, "Kamu kenapa? Tidak biasanya kamu bertindak bodoh
seperti ini. Ayolah, kembali ke dirimu lagi". Hatiku tahu, aku yang di sini
belum pernah bertemu diriku. Cukup lama aku memandangnya sebelum kuputuskan
untuk menengadah lagi, kali ini aku memandang hujan dengan buram, air mataku
bersatu dengan air hujan. Sepi, dia tidak bersuara lagi, yang ramai hanya hujan. Mataku pedih, tubuhku dingin, hatiku ragu
untuk tetap bertahan.
Tiba-tiba hujan menghilang, aku tidak melihat hujan lagi, ternyata
tanpa bersuara dia telah memayungiku. "Kembali!," pelan dia berkata. Aku
menatapnya, entah mengapa aku merasa bahwa ini terakhir kali aku memandangnya
secara sama. Gemetar aku berkata, "Tidak, aku tidak bisa kembali, hujan telah
menempaku untuk terus berjalan menuju sungai, tidak diam dan berteduh di sini". Seiring hujan mulai rintik, aku pun melepaskan
pandanganku, berlahan melangkah menjauh tanpa kata. Sejak langkah pertama aku sudah
tahu, dia tidak akan mengejarku, dia hanya akan mencegahku sebatas dia yakin
bisa melepaskanku. Banyak jiwa yang bergantung padanya, banyak rasa yang
membutuhkan payungnya, bukan hanya aku. Bebannya pun akan berkurang jika aku tidak kembali. Kupercepat langkah
semampuku, di depanku terpapar bantaran
sungai berarus deras. Kulihat sebuah perahu kecil biru yang sedang berusaha
untuk tetap tertambat. Aku melangkah menuju kearahnya, kali ini hanya aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar